CATATAN BANI ABDURAHMAN_OENTORJO

   Kajian di Rumah

               Contoh Baik
       Kemakmuran Masjid

             ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Tiba-tiba saja WhatsApp (WA) di HP saya menerima informasi dari sebuah masjid yang saya rutin mengisi khutbah jumat di sana dua kali terjadwal dalam setiap tahunnya.

Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid itu menanyakan nomor rekening saya.

Ustadz berapa nomor rekening di Bank nya?

Sontak saya berfikir ada apa ya? Kemudian saya berikan nomor rekening di Bank saya sekian-sekian atas nama saya pribadi.

Tidak lama kemudian ada berita konfirmasi transfer sekian rupiah dengan keterangan pengganti transport yang jadwal ustadz khatib saat shalat jumat yang ditiadakan karena PSBB pandemi Covid-19.

MasyaAllah, ini sebuah kearifan DKM menghargai ilmu ustadz atau para ulama'.

Di samping itu mereka menyadari adanya kemungkinan para ustadz juga terdampak kebijakan PSBB hindari penyebaran wabah Covid-19, meskipun tidak semua ustadz kondisi sama keadaan ekonominya.

Sabuah contoh baik yang patut ditiru oleh DKM Masjid lainnya, juga para jamaahnya dalam menghargai ilmu terhadap guru-guru privat, guru di TPA, Sekolah dan di Majelis Ta'lim.

Kekuatan ekonomi kemakmuran masjid sedang diuji juga oleh pandemi Covid-19, dalam memakmurkan para jamaahnya.

اجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
(At-Taubah:19)

Juga pada Attaubah ayat 18

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
(At-Taubah:18)

Pemahaman Kemakmuran Masjid perlu diperluas bukan sekedar ramai jamaah shalat di dalamnya, melainkankan juga bagaimana menjawab persoalan-persoalan kemakmuran para jamaah dan masyarakat di sekitarnya.

Dalam Islam sebenarnya ada instrumen zakat, infaq, sedekah, wakaf (Ziswaf), yang sebenarnya memungkinkan dikelola di setiap masjid untuk memakmurkan masjid dan jamaahnya.

Kita bisa ambil contoh baik seperti keberhasilan khalifah Umar bin Abdul Azis dan Lembaga-lembaga Ziswaf yang ada untuk dilembagakan di masjid-masjid di sekitar kita.

Semoga Allah Swt memberikan nikmat hidayah, dan membimbing kita dari semua kebaikan.

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
                 Bait Qurani

                  - share -
        InsyaAllah berpahala

====================================================================

 Kajian di Rumah

                  "Hidayah"

           ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Hidayah itu nikmat tertinggi.

Bila hanya sekedar nikmat hidup, bukan hanya manusia yang merasakannya.

Sebuah hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ

Wahai sekalian hamba-Ku, kalian semua berada dalam kesesatan kecuali yang Kuberi petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya akan Kuberi petunjuk.
(HR. Muslim)

Maka mintalah hidayah kepada Allah dengan sungguh-sungguh minimal dalam tujuh belas kali dalam shalat wajib, kita ditambah pada shalat-shalat sunah.

           اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 6)

Bila kita tidak dalam hidayah Allah, maka kita akan tersesat, juga tergolong makhluk yang dimurkai.

Siapa orang yang dimurkai dan tersesat itu?

Mari kita selami samudera tafsir para ulama soal ini.

Para mufassir mencoba menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan "dimurkai" dan "sesat".

Ibn Katsir mengatakan, Orang-orang yang dimurkai adalah mereka yang telah rusak karena mereka sebenarnya mengetahui perkara yang haq, tetapi menyimpang darinya.

Sementara mereka yang sesat adalah orang-orang yang tidak memiliki ilmu, akhirnya mereka bergelimang dalam kesesatan, tanpa mendapatkan hidayah kepada jalan yang haq (benar).

Lantas timbul pertanyaan, siapakah contoh kedua golongan ini? Ibn Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa yang dimurkai itu adalah Yahudi dan yang sesat itu adalah Nasrani.

Bahkan banyak ulama tafsir, seperti Zamakhsyari dalam al-Kasyaf, menyebutkan rujukan lain dalam Al-Quran untuk menguatkan pendapat ini, yaitu al-Maidah: 60

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَٰلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ ۚ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.

Juga al-Maidah: 77.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".

Namun sebagian ahli tafsir memiliki pandangan lain.

Tafsir al-Maturidi menganggap "yang dimurkai" dan "yang sesat" itu satu golongan. Bukan dua golongan yang berbeda. Karena sesat itu pasti dimurkai, dan orang yang dimurkai Allah, pasti berada di jalan kesesatan.

Semoga kita mendapat nikmat hidayah, dan dijauhkan dari golongan orang yang tersesat dan dimurkai oleh Allah Swt.

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
                 Bait Qurani

                  - share -
        InsyaAllah berpahala

======================================================================


  Kajian di Rumah

                  "IKHLAS"

            ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Betapa pentingnya Ikhlas.

Maka Allah Swt perintahkan agar setiap amal yang kita lakukan hendaknya senantiasa didasari ikhlas karena Allah semata.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Albayyinah:5)

Terhadap pentingnya ikhlas ini, sebagian ulama mengatakan

                    ما كان لله يبقى

“Segala sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.”

Seperti apa yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah

        وما لا يكون له لا ينفع ولا يدوم

“Segala sesuatu yang tidak  didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal.”
(Dar-ut Ta’arudh Al ‘Aql wan Naql, 2: 188).

Oleh sebab itu tanamkan dalam hati yang dalam nilai ikhlas ini.

Karena sebanyak apapun amal yang kita lakukan tanpa didasari niat ikhlas karena Allah, maka tidak ada nilainya di sisi Allah.

Manfaat di bumi pun tidak akan langgeng.

Demikian pula untuk meraih istiqamah, bila amal dilakukan bukan ikhlas karena Allah biasanya terhenti, terputus, musiman, tidak dawam, hanya terlaksana sesaat.

Rasulullah Saw bersabda bahwa kelanggengan dan hasil akhir dari setiap amal itu tergantung pada niatnya.

عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Kita berlindung kepada Allah dari hati yang tidak ikhlas.

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
                 Bait Qurani

                  - share -
        InsyaAllah berpahala

================================================================



  "Kajian di Rumah"

        "Hidup Tanpa Hutang"

             ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Hidup lebih tenang tanpa hutang, betul..apa ..betul?

Tetapi menghindari berhutang itu sulit, betul ..apa ..betul?

Maka dalam Islam, hutang piutang hukumnya al-ibahah, boleh.

Memberi hutang kepada yang membutuhkan hukumnya sunnah, termasuk amaliah sedekah, bahkan bisa berhukum wajib bila yang meminjam terlantar dan sangat membutuhkannya.

Allah Swt memerintahkan

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
(Al Maidah:2)

Akan tetapi aqad hutang piutang dalam Islam tidak boleh memberikan syarat tambahan apapun karena terhukum riba.

كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ مَنْفَعَةٍ فهو وَجْهٌ مِنْ وُجُوهِ الرِّبَا (أخرجه بيهقى)

“Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat, maka itu adalah salah satu cara dari sekian cara riba”.

Berhati-hatilah terhadap riba karena dosa yang disebabkannya begitu besar.

Imam adz-Dzahabi dalam kitab Al-Kabaair menempatkan perbuatan memakan harta riba sebagai dosa terbesar ke-12 menurut ajaran Islam.

Pelakunya diancam dengan rupa-rupa hukuman, baik di dunia maupun kelak di akhirat.

Allah SWT berfirman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan."
(Ali Imran:130)

Allah Swt juga memberikan perumpamaan bagi pelaku riba.

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.

Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Albaqarah:275)

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Alhakim dari Ibnu Mas’ud,  Rasulullah Saw bersabda

 الرِّبَا ثَلاَثٌ وَ سَبْعُوْنَ بَابًا
 أَيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ، وَ إِنَّ أَرْبَى الرِّبَا عِرْضُ الرَّجُلِ الْمُسْلِم

Riba itu terdiri dari 73 pintu.
Yang paling ringan diantaranya, seperti seseorang menikahi ibunya. Dan riba yang paling berat ialah merusak kehormatan seorang Muslim.

Oleh karena itu hindarkan kaum muslimin dari hutang piutang dengan cara riba, apalagi dengan sistem rentenir bunga berganda.

Ini yang membuat kefakiran terbesar terjerat hutang rentenir. Hidup tidak tenang dan resah, bahkan banyak menghacurkan iman dalam keluarga.

Karena demikian sulit menghindarinya, ramaikan dengan sedekah di kalangan kaum muslimin dengan cara meminjami atau mensedekahkannya kepada mereka yang terjerat hutang ribawi.

Kita harus bersama menghindarkan dari ancaman azab Allah.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا ظَهَرَ الزِّناَ وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ

“Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim.

Kita berlindung kepada Allah dari azabNya.

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
                 Bait Qurani

                  - share -
        InsyaAllah berpahala

==================================================================

 Kajian di Rumah

              "Doamu Dinanti"

           ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Kalimat "mu" tertuju pada penulis juga para pembaca.

Pertama, Allah Swt yang menunggu panjatan doa kita

Allah Swt senang bila hambaNya banyak berdoa dan senantiasa siap kabulkan doa hambaNya.

Namun ada syarat-syaratnya

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Albaqarah: 186).

Syaratnya, mememuhi perintahnya dan beriman kepadaNya.

Juga, Imam Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda: “Akan dikabulkan do’a salah seorang di antara kalian selama ia tidak minta dipercepat, yaitu ia mengatakan, Aku sudah berdo’a, tetapi tidak dikabulkan.” (HR Bukhari dan Muslim)


Doa juga dinanti orang tua kita

Harapan orang tua yang utama dari anak tidak terputus mendoakannya saat masih hidup apalagi saat di alam barzah.

Rasulullah Saw bersabda

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seorang wafat, maka terputuslah amalannya, kecuali 3 hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)


Doa juga dinanti anak cucu

Anak cucu sangat mengharapkan doa orang tua.

Doa orang tua terhadap anak tidak ada hijab, mustajabah.

Allah Swt mengajarkan doa

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(Alfurqan:74)


Doa juga dinanti kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup dan sudah meninggal.

Para sahabat muhajirin dan anshar berikan suri teladan doa untuk saudara muslimin baik yang masih hidup juga untuk yang sudah mendahului wafat.

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (Alhasyr:10)


Perbanyaklah berdoa. Karena doa di samping amal bakti kita, juga sebagai shadaqah dan permohonan rahmat kepada Allah Swt.

Wallahu a'lam bishshawab


     # Alfaqir Mahsun Salim #
                 Bait Qurani

                  - share -
        InsyaAllah berpahala

====================================================================

    Kajian di Rumah

               "Dua Keadaan"

           ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Allah Swt menguji kepada manusia dua keadaan.

Kekayaan dan kemiskinan, kemudahan dan kesulitan, harapan dan keputus asaan, kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan, kesenangan dan kesusahan,
Sehat dan sakit,
Kehidup dan kematian.

Semua dua keadaan itu, bagaikan bola salju yang terus mengalir menguji manusia untuk mengetahui siapa yang paling baik amal perbuatannya, dan siapa yang mengutamakan dunia dari pada akhiratnya.

Allah Swt mengingatkan

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
(Al Kahfi:7)

Kita berada di posisi mana di dua keadaan itu?

Rasulullah Saw mengajarkan   dua sikap sabar dan syukur untuk menghadapi dua keadaan itu.

Dua sikap ini sangat menakjubkan, namun hanya ada dalam diri orang mukmin.

 عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ  إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin.

Sungguh semua urusannya adalah baik,

dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin,

yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya.

Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.
(H.R. Muslim)

Maka jadikan sabar dan syukur itu bagian dari iman kita.

Allâh Swt mengumpulkan keduanya dalam al-Qur’an,

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) bagi orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur.
(Asy-Syûrâ:33)

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam Al-Qaulus Sadîd fii Maqâshidit Tauhîd, membagi sabar menjadi tiga macam:

Sabar dalam melaksanakan perintah dan ketaatan.

Sabar dalam menahan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

Sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian yang pahit.

Adapun Syukur adalah pangkal iman, dan dibangun di atas tiga rukun:

Pengakuan hati bahwa semua nikmat Allâh yang dikaruniakan kepadanya dan kepada orang lain, pada hakekatnya semua dari Allâh Azza wa Jalla .

Menampakkan nikmat tersebut dan menyanjung Allâh Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat-nikmat itu.

Menggunakan nikmat itu untuk taat kepada Allâh Azza wa Jalla dan beribadah dengan benar hanya kepada-Nya.

Dengan demikian sabar dan syukur merupakan faktor penyebab bagi pelakunya untuk dapat mengambil manfaat dari ujian dan ayat-ayat Allâh Swt.

Keduanya hendaknya ada dalam diri kita, dan terus kita pupuk agar senantiasa subur dan tegar dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
                 Bait Qurani

                  - share -
        InsyaAllah berpahala

=======================================================================


            Kajian di Rumah

             "Nuzul Al-Quran"

            ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Berkhidmat kepada Al-Quran

Barang siapa yang ingin dicintai dan disenangi oleh Allah, maka senangkanlah Allah melalui perkhidmatan terhadap kalamNya, yaitu Al-Quran.

Sebagai kalamNya, Allah senang jika Al-Quran dibaca.

Sebagai pesanNya, Allah senang jika kandungan Al-Quran diperhatikan dan diamalkan.

Dengan itu, niscaya Allah akan menyenangkan kita dengan caranya sendiri. Baik berupa materi atau nonmateri, baik di dunia maupun di akhirat, baik sekarang atau waktu mendatang.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran:31)

Asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 31 ini berkaitan dengan bukti kecintaan kepada Rasulullah. Kecintaan kepada Rasulullah menjadi modal awal dalam memupuk nilai-nilai keislaman.

Rasulullah Saw seorang hamba pilihan yang menerima Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril.

Al-Quran karunia Allah terbesar untuk kita.

Maka, bila kita sia-siakan karunia Allah terbesar ini merugikan diri kita sendiri.

Di dalamnya terdapat nasihat-nasihat Allah, dan obat penawar hati agar tidak terdampak penyakit yang menyengsarakan hidup, juga hidayah dan rahmat nikmat tertinggi

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus:57)

Mari kita tingkatkan khidmat kita terhadap Al-Quran, untuk raih cinta Allah dan RasulNya.

Balasan kemuliaan, keberkahan dan syafaat telah disiapkan di sisiNya.

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.


       Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
        Bait Qurani

       - share -
     InsyaAllah berpahala

=====================================================================



  Kajian di Rumah

           "Dirikanlah Shalat"

           ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Salah satu sebab gugurnya wajib shalat adalah kematian.

Bila datang kematian kewajiban itu gugur dan saatnya dishalati.

Maka dirikanlah shalat sebelum  dishalati.

Perintah shalat dalam Alquran banyak gunakan kosa kata "aqiimu", yang bermakna "dirikan" bukan makna "kerjakan".

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An Nisa':103)

Kata perintah "dirikanlah shalat" berbeda dengan perintah "kerjakanlah shalat".

Kata “mengerjakan shalat" lebih cenderung berarti sekadar melepaskan diri dari tanggung jawab atau sekadar melepaskan kewajiban tanpa menghayati makna dan hakikat shalat itu sendiri.

Biasanya shalatnya dikerjakan terburu-buru, yang penting sudah mengerjakan shalat.

Sedangkan “mendirikan shalat” mengandung makna menjadikan shalat sebagai kebutuhan sehingga meresapi makna yang terkandung di dalamnya yang berujung pada ucapan dan perbuatan dalam segala aspek kehidupan.

Menurut al-Qurthubiy kata aqiimu berarti “bersinambung dan sempurna” sehingga melaksanakannya dengan baik, khusyu’ dan bersinambung sesuai dengan syarat rukun dan sunnahnya.

Kemudian shalatnya didirikan dengan penuh kerendahan diri dan penghayatan akan kebesaran dan keagungan Allah Swt.

Maka shalat seperti ini senantiasa berdampak  melarang atau mencegah pelaku dari keterjerumusan dalam kekejian dan kemunkaran serta senantiasa ingat Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.

Mari kita dirikan shalat, bukan sekedar mengerjakan shalat, bahkan sekali-kali jangan meninggalkannya

Rasulullah mempertegas

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ

Sesungguhnya, batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan sholat. [HR. Muslim]

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.


Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
                 Bait Qurani

                  - share -
        InsyaAllah berpahala

=====================================================================

             Kajian di Rumah

           "Menjawab Adzan"

             ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Adzan adalah seruan dan panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala agar kita sebagai umat muslim segera mendekat dan menghadap kepada-Nya.

Yang kita garis bawahi adzan itu panggilan Allah agar kita segera mendekat dan menghadap kepadaNya.

Panggilan Allah harus kita utamakan, karena Allah yang menciptakan kita, memberikan rizki kehidupan kepada kita, dan kepadaNya kita akan kembali.

Pakailah pakaian yang terbaik, dan segera mendekat dan menghadapNya, dengan khusyu', khudhu' dan tawadhu'.

Setiap kalimah adzan, dengarkan dan jawablah!!, Allah Swt banyak memberi rahmat keutamaan kepada yang menjawabnya.

Pertama,
Mendapat syafaat dari Rasulullah di hari kiamat

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ، ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّـى عَلَيَّ صَلَّى اللهُ بِهَا عَلَيْهِ عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوْا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةِ.

“Jika kalian mendengar mu-adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang ia ucapkan. Kemudian bershalawatlah untukku. Karena barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka dengannya Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah al-wasilah kepada Allah untukku. Ia adalah sebuah tempat di Surga yang tak diraih kecuali oleh seorang hamba di antara hamba-hamba Allah. Dan aku berharap ia adalah aku. Barangsiapa memintakan untukku wasilah kepada Allah, maka dia layak mendapat syafa’atku.”
(H.R. Muslim)


Kedua,
Dimasukkan surganya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ هَذَا يَقِينًا، دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang mengucapkan seperti yang dilantunkan orang ini – Bilal – dengan yakin maka dia akan masuk surga. (HR. Ahmad 8624, Nasai 674)

Dari Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ أَحَدُكُمْ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
Ketika muadzin mengumandangkan, Allahu akbar.. Allahu akbar
Lalu kalian menjawab: Allahu akbar.. Allahu akbar

ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
Kemudian muadzin mengumandangkan, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah..
Lalu kalian menjawab, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah..

ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ الله

Kemudian muadzin mengucap asyhadu anna muhammadar rasulullah, jawablah asyhadu anna muhammadar rasulullah

ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ،
Muadzin mengucapkan hayya alasshalah, jawablah lahaula wala quwwata illa billah.

ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِالله
Muadzin mungucapkan hayya alal falah, jawablah lahaula wala quwwata illa billah.

ثُمَّ قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَر
Muadzin mengucapkan Allahu akbar, jawablah Allahu Akbar

ثُمَّ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ “
Muadzin mengucapkan lailahaillallah, jawablah lailahaillallah.

siapa yang mengucapkan itu dari dalam hatinya maka akan masuk surga. (HR. Muslim, Abu Daud)


Ketiga
Menjadi saksi kebaikan di hari kiyamat

Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَىْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 609).

Keempat
Dosanya diampuni Allah

Dari Sa’d bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ: وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ  بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَبِالْإِسْلامِ دِينًا، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ

Barangsiapa yang ketika mendengar adzan dia mengucapkan,

وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ  بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَبِالْإِسْلامِ دِينًا

Saya juga bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada seukut baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha Allah sebagai Rabku, Muhamamd  sebagai Rasul, dan Islam sebagai agamaku.

Siapa yang mengucapkan itu maka dosa-dosanya akan diampuni. (HR. Ahmad 1565, Muslim 386 dan yang lainnya)


Kelima,
Allah bershalawat sepuluh kali lipat kepada kita

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوامِثْلَ مَا يَقُولُ ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

“Apabila kalian mendengar muadzin, jawablah adzannya. Kemduian bacalah shalawat untukku. Karena orang yang membaca shalawat untukku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali.” (HR. Muslim 384)


Berdoalah
Setelah adzan agar diberikan syafaat Allah Swt di hari kiyamat

Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

مَنْ قَالَ عِنْدَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ:
 “اَللّهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَـائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا اَلْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ،”
حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Barangsiapa yang ketika mendengar adzan mengucapkan, ‘Ya Allah, Rabb seruan yang sempurna ini serta shalat yang didirikan
berilah karunia kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan. Tempatkanlah ia pada kedudukan yang mulia sebagaimana Kau janjikan.’ Maka dia layak mendapat syafa’atku pada hari Kiamat.” (H.R. Bukhari)


Perbanyaklah do’a antara adzan dan iqamat

Antara adzan dan iqamat waktu mustajabah. Perbanyaklah do’a

Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 اَلدُّعَاءُ لاَيُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ.

Do’a antara adzan dan iqamat tidak ditolak.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Maka Jangan kita abaikan waktu yang mustajabah ini, berdoalah atas semua hajat baik kita.

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.


            Wallahu a'lam bishshawab.

         # Alfaqir Mahsun Salim #
          Bait Qurani

        - share -
        InsyaAllah berpahala

__________________________________________________________________
___________________________________________________________________

  Kajian di Rumah

           "Bahagia berZakat"

            ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

            01 MEI 2020

Bulan Ramadhan ini kita bisa menunaikan dua kewajiban zakat sekaligus, yakni Zakat Fitrah (al-fitr) dan Zakat Maal.

Bila ingin tambah bahagia raih hikmah lebih besar lagi, sempurnakan dengan shodaqah tathawwu', sedekah sunnah sesuai dengan kesanggupan.

Selain sebagai bentuk amalan dan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, zakat memiliki banyak hikmah dalam pelaksanaannya.

Bahkan perolehan hikmah bagi yang berZakat jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang menerimanya. Apalagi bila disempurnakan dengan sedekah sunnah.

Berbahagialah bila bisa menunaikan zakat dan sedekah sunnah

Bahagia berZakat Pertama

Mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

MasyaAllah .. fadilahnya orang bersyukur itu banyak sekali dijanjikan oleh Allah Swt. salah satu di antaranya keberkahan

ئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

Sungguh jika engkau bersyukur, maka sungguh aku akan menambah (nikmatku) padamu, dan sungguh jika engkau kufur, maka sungguh adzabku sagat pedih. (QS. Ibrahim:7)

Oleh karena itu pandai-pandailah mensyukuri nikmat sekecil apapun agar senantiasa raih kebahagiaan.

Diriwayat An-Nu’man Ibnu Basyir :

Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit berarti tidak dapat mensyukuri yang banyak dan barangsiapa tidak berterima kasih kepada orang lain, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah.” ( HR. Ahmad ).


Bahagia  berZakat Kedua

Pemberi zakat bagaikan tangan di atas. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah

Rasulullah Saw bersabda

عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ

Dari Hakîm bin Hizâm ra, dari Nabi Saw bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.

Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya.

Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.” (H.R. Bukhari)


Bahagia berZakat Ketiga

Disucikan Allah. Sesuai dengan makna harfiah zakat bermakna suci.

Orang berzakat jiwanya disucikan dari keburukan, kebatilan, dan dosa.

Dalam Al-Quran disebutkan,

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103).

Orang yang jiwanya suci akan raih keutamaan dari Allah Swt

Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, beliau berkata, "Rasulullah SAW pernah ditanya, 'Siapakah orang yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.' Para sahabat berkata, 'Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?' Rasulullah SAW menjawab, 'Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya, serta tidak ada pula dendam dan hasad." (HR Ibnu Majah).


Bahagia  berZakat Keempat

Hartanya tumbuh berkah.

Menurut bahasa kata “zakat” juga bermakna tumbuh, berkembang, subur atau bertambah.

Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq)

Adapun berkah bermakna ziyadah alkhair, bertambah kebaikan.

Maka orang yang berzakat diberikan oleh Allah bertambah tambah kenikmatan dan kebaikan pada rizki yang dikaruniakan.

Hartanya tidak berkurang dan akan terus bertambah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim

            مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَال

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR Muslim)


Bahagia  berZakat Kelima

Dijauhkan dari siksa neraka

Orang yang berzakat selamat dari ancaman Allah azab neraka. Tentu yang selamat dari neraka akan merasakan nikmat surganya Allah Swt di akhirat kelak.

Allah Swt berfirman

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34)


Bahagia berZakat ke enam
dan seterusnya

Berlanjut ya....insya Allah diuraikan kemudian biar tidak terlalu panjang.

Berbahagialah bisa berzakat. Mulailah berhitung berapa banyak kewajiban zakat yang harus kita keluarkan, dan tambahkanlah.

Semoga Allah memberkahi rizki yang dikaruniakan kepada kita..

 اللهم بارك لنا فيما أعطيتنا

Wallahu a'lam bishshawab.

# Alfaqir Mahsun Salim #
 Bait Qurani

 - share -
InsyaAllah berpahala


_______________________________________________________________________________


         Kajian di Rumah

             "Bahagia berZakat"
        Pribadi Pemberi Manfaat

          ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
Materi ini lanjutan kajian Bahagia berZakat.

Orang yang berzakat menuai banyak hikmah, di antaranya memiliki kedudukan tinggi Pribadi Pemberi Manfaat.

Rasulullah Saw bersabda

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

Manfaat zakat yang diberikan telah berikan kontribusi besar mengurangi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. 

Ini termasuk ibadah maliah berpahala besar.

Karena keadaan kesenjangan sosial saat ini luar biasa.
Kemiskinan merajalela, lapangan kerja sempit, dan tidak seimbang dengan jumlah yang kaya raya.

Maka dengan berzakat kesenjangan sosial itu terkurangi.

Di masa khalifah Umar bin Abdul Aziz , kendati hanya memerintah sekitar tiga tahun, yakni pada tahun 717 M hingga 720 M, beliau sangat memerhatikan pengembangan sistem zakat. 

Hal ini dilakukan semata-mata agar rakyatnya yang tidak mampu secara finansial, kebutuhannya tetap dapat tercukupi.

Umar bin Abdul Aziz memberlakukan sejumlah kebijakan untuk mewujudkan visinya tersebut. 

Beliau membagi beberapa kategori penyaluran zakat, antara lain zakat untuk orang sakit, kaum difabel, dan dhuafa.

Beliau juga memerintahkan agar zakat diberikan pula kepada mereka yang sedang dihukum dan terlilit utang.

Untuk menyiasati terhimpunnya kebutuhan anggaran zakat tersebut, Umar menghemat seluruh pendapatan atau kas negara. Hal ini dilakukan dengan cara tidak menerapkan gaji 'selangit' bagi seluruh pejabat yang dipimpinnya.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Ubaid, bahwa Gubernur Baghdad Yazid bin Abdurahman mengirim surat tentang melimpahnya dana zakat di Baitulmaal karena sudah tidak ada lagi orang yang mau menerima zakat.

Satu kondisi yang berbeda dengan negeri kita dimana orang berebut hanya untuk menerima zakat, meski nyawa taruhannya. Mindset dan izzah prilaku muslim yang perlu menjadi perhatian bersama antara muzaki dan mustahik.

Lalu Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk memberikan upah kepada orang yang biasa menerima upah. Lalu  Yazid menjawab:”sudah diberikan namun dana zakat masih berlimpah di Baitulmaal”. 

Umar mengintruksikan kembali untuk memberikan kepada orang yang berhutang dan tidak boros. Yazid berkata:”kami sudah bayarkan hutang-hutang mereka namun dana zakat masih berlimpah”. 

Lalu Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk menikahkan orang yang lajang dan membayarkan maharnya. Namun hal itu dijawab oleh Yazid dengan jawaban yang sama bahwa dana zakat di Baitul Maal masih berlimpah. 

Pada akhirnya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Yazid bin Abdurahman untuk mencari orang yang usaha dan membutuhkan modal, lalu memberikan modal tersebut tanpa harus mengembalikannya.

Maka zakat menjadi satu kekuatan dan daya dobrak  solusi pengentasan kemiskinan dan hilangnya kesenjangan sosial.

.. كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. 
(Al Hasyr:7)

Maka berbahagialah bagi yang menunaikan zakat, hidupnya benar-benar memberi manfaat mengentaskan kemiskinan di kalangan kaum muslimin.

Saat ini zakat-zakat itu tengah dinantikan para mustahiqin.

    Bersambung ...

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
Bait Qurani

  - share 
InsyaAllah berpahala


___________________________________________________________________________


           Kajian di Rumah

         "Bahagia berZakat"
            Bersihkan Harta 
        yang Bukan Haknya

             ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Kajian lanjutan Bahagia berZakat.

Di samping hikmah sucikan jiwa, berzakat juga membersihkan harta dari bagian yang bukan haknya.

Allah Swt berfirman

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Az-Zariat:19)

Siapa mustahiqnya?

Allah SWT berfirman,

 إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketepatan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS At-Taubah ayat 60).

1. Fakir, mereka yang hampir 
    tidak memiliki apa-apa 
    sehingga tidak mampu 
    memenuhi kebutuhan pokok 
    hidup.

2. Miskin, mereka yang 
    memiliki harta namun tidak 
    cukup untuk memenuhi 
    kebutuhan dasar kehidupan.

3. Amil, mereka yang 
    mengumpulkan dan 
    mendistribusikan zakat.

4. Mu'allaf, mereka yang baru 
     masuk Islam dan 
     membutuhkan bantuan 
     untuk menguatkan dalam 
     tauhid dan syariah.

5. Hamba sahaya, budak yang 
     ingin memerdekakan dirinya.

6. Gharimin, mereka yang 
     berhutang untuk kebutuhan 
     hidup dalam 
     mempertahankan jiwa dan 
     izzahnya.

7. Fisabilillah, mereka yang 
    berjuang di jalan Allah dalam 
    bentuk kegiatan dakwah, 
    jihad dan sebagainya.

8. Ibnu Sabil, mereka yang 
    kehabisan biaya di 
    perjalanan dalam ketaatan 
    kepada Allah.

Itulah delapan Asnaf yang berhak menerima zakat yang disebutkan Allah Swt, dalam surat At-Taubah:60

Bila kita tidak berzakat berarti kita telah merampas hak mereka.

Bila kita menunaikan zakat berarti kita sampaikan hak mereka.

Maka berzakat telah membersihkan harta kita dari yang bukan hak kita.

Berbahagialah para muzakki.

Rasulullah Saw bersabda

مَنْ أَدَّى زَكَاةَ مَالِهِ فَقَدْ ذَهَبَ عَنْهُ شَرُّهُ

Barangsiapa membayar zakat
hartanya, maka kejelekannya akan hilang dari dirinya.
(HR. al-Haitsami)

     Bersambung ...

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
      Bait Qurani

     - share -
    InsyaAllah berpahala


_______________________________________________________________________________

             Kajian di Rumah

            "Merasa Senang"

             ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Merasa senang itu energi positif, pekerjaan menjadi ringan, tidak memberatkan, bahagia, betah berlama-lama dan banyak lagi hikmahnya.

Seperti:

Senang di rumah melahirkan sikap betah berlama-lama di rumah dan bahagia.

Senang di masjid melahirkan sikap betah berlama-lama di masjid dan bahagia.

Senang memasak, melahirkan sikap ringan dan tidak berat memasak dan bahagia.

Senang  baca Alquran, melahirkan sikap betah berlama-lama tilawah Alquran dan bahagia.

Senang shalat, melahirkan sikap betah berlama-lama shalat  dan bahagia.

Senang sedekah melahirkan sikap ringan dan tidak berat bersedekah dan bahagia.

Senang qiyamul lail, melahirkan sikap betah berlama-lama ibadah qiyamul lail dan bahagia.

Senang baca HP, melahirkan sikap betah berlama-lama baca HP dan bahagia.

Kunci amaliah ikhlas dan istiqamah itu merasa senang, karena dengan rasa senang kita bahagia, ringan, tidak berat, dan betah berlama-lama mengamalkannya.

Hidup ini adalah ujian, ada senang dan ada duka, maka ambillah yang senang, sikapi yang bijak ujian dukanya.

Allah ‘azzawajalla berfirman,

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali” (QS. Al-Anbiya: 35).

Ikrimah rahimahullah pernah mengatakan,

ليس أحد إلا وهو يفرح ويحزن، ولكن اجعلوا الفرح شكراً والحزن صبر

“Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, jadikanlah sukamu adalah syukur dan dukamu adalah sabar.”

Semoga Allah karuniakan rasa senang dalam hati kita, agar senantiasa bersyukur dan bersabar dalam menghadapi berbagai ujian, tetap ikhlas dan istiqamah beribadah dan beramal shalih.

Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
        Bait Qurani

       
________________________________________________________________________________


       Kajian di Rumah

         "Bahagia berZakat"
       Mengikis Akhlak Buruk.

             ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Kajian lanjutan Bahagia berZakat.

Salah satu akhlak buruk yang dikikis oleh amaliah zakat adalah penyakit hasad.

Hasad adalah sikap buruk yang sangat berbahaya, bisa memakan semua kebaikan, bahkan mencelakai diri dan orang lain.

Rasulullah melukiskan sikap ini bagaikan api memakan kayu bakar atau semak belukar.

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ ». أَوْ قَالَ « الْعُشْبَ »

Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar (rumput kering)“.
(H.R. Abu Dawud dan Baihaqi) 

Makna tersiratnya Rasulullah berpesan agar berhati-hati dengan sikap hasad ini.

Karena banyak keburukannya:

* Orang hasad itu tidak senang 
   terhadap kenikmatan yang 
   diperoleh orang lain, bahkan 
   ia berusaha 
   menghilangkannya atau 
   mencelakakannya.

   Ibnu Taimiyah berkata

الْحَسَدَ هُوَ الْبُغْضُ وَالْكَرَاهَةُ لِمَا يَرَاهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْمَحْسُودِ

    “Hasad adalah membenci 
     dan tidak suka terhadap 
     keadaan baik yang ada 
     pada orang yang dihasad.
     (Majmu’ Al Fatawa, 10: 111)

* Orang yang hasad hidupnya 
   tidak akan bisa tenang 
   senantiasa diliputi 
   kegelisahan akibat terjangkit 
   penyakit kebencian tak henti-
   hentinya.

   Maka ia celaka sebelum 
   mencelakai orang lain.

* Orang hasad itu tidak 
   pernah bisa bersyukur 
   dengan apa yang telah Allah 
   berikan kepadanya, karena
   pandangannya hanya tertuju 
   kepada orang lain.

* Orang hasad itu, jauh dari 
   rahmat Allah, amal baik yang 
   telah dilakukan juga akan 
   hancur.

Dengan demikian, orang yang hasad sejatinya adalah orang yang merugi karena selalu dihantui perasaan tertekan melihat orang lain mendapatkan kelebihan.

Oleh sebab itu janganlah kita memelihara sifat ini, dan cegahlah bila saudara kita kaum muslimin terjangkit penyakit ini, karena banyak madharatnya.

Islam melarangnya karena dapat merusak hubungan di antara manusia. 

Abu Laits as-Samarqandi dalam kitabnya, Tanbihul Ghafilin, mengatakan, tidak ada yang lebih jahat selain hasad. 

Maka hindarilah sikap ini!! 

Dari Abu Hurairah ra Rasulullah Saw bersabda:

 لا تَحاسدُوا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
Jangan kalian saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka diharapkan zakat bisa wujudkan kesejahteraan merata dan mengikis akhlak buruk ini.

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua


    Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
     Bait Qurani

  - share -

     InsyaAllah berpahala

_______________________________________________________________________

          Kajian di Rumah

          "Bahagia berZakat"
          Bila Tidak Menunda

        ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

            Kajian lanjutan Bahagia berZakat.

Zakat adalah sedekah wajib.
Sedekah ada dua hukum, yakni wajib dan sunnah. Yang wajib sudah ditetap nishab dan haulnya, sedangkan yang sunnah berdasarkan kerelaan dan kemampuan.

Karena sedemikian banyak hikmah bersedekah, maka Allah dan RasulNya perintah segerakan tidak menunda-nundanya.

Khawatirnya hilangnya  kesempatan, kemudian menyesal dan menyesal tidak dapat meraih keutamaan bersedekah wajib maupun sunnah.

Mari kita simak di antara ayat Alquran dan Alhadits tentang anjuran segera raih keutamaan bersedekah.


Nasihat Allah Swt

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian” (Qs. Al Munafiqun 10).

Perintah berinfaklah sebagian rezeki dalam ayat ini memcakup semua infaq di jalan kebaikan. 

Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah segera menunaikan zakat yang diwajibkan sebelum datangnya kematian.

Demikian juga  Allah berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli” (Qs Al Baqarah 254).


Nasihat Rasulullah Saw

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata,

 يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا، وَلِفُلاَنٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ

“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan” (Muttafaqun ‘alaih)

Sahabat Kharitsah bin Wahab Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan beliau mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ُتَصَدَّقُوا! يُوشِكُ الرَّجُلُ يَمْشِي بِصَدَقَتِهِ، فَيَقُول الَّذِي أُعْطِيَهَا: لَوْ جِئْتَ بِهَا بِالْأَمْسِ قَبِلْتهَا، فَأَمَّا الْآنَ فَلَا حَاجَةَ لِي بِهَا، فَلَا يَجِد مَنْ يَقْبَلُهَا

“Bersedekahlah! karena hampir saja seorang laki-laki berjalan membawa sedekahnya, kemudian berkata orang yang diberikan sedekah tersebut: seandainya engkau datang kemarin maka aku akan menerima sedekahmu, adapun hari ini maka saya tidak butuh lagi, maka orang yang ingin bersedekah tersebut tidak mendapatkan orang yang ingin menerimanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Nasihat Sahabat dan Ulama'

Atsar dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu beliau mengatakan:

لاَ تَدْرِي يَا عَبْدَ اللَّهِ مَاذَا يَكُونُ اسْمُكَ غَدًا

“Wahai hamba Allah, kamu tidak mengetahui besok kamu jadi apa.” (HR Tirmidzi)

Juga nasihat Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam berkata:

إحالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النفس

“Menunda amal shalih karena menantikan kesempatan yang lebih baik, merupakan tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.” 

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.


     Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
      Bait Qurani

     - share -

  InsyaAllah berpahala


________________________________________________________________________

              Kajian di Rumah

             "Persaudaraan"

             ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Bangun persaudaraan yang kokoh dan indah.

Saudara dalam Islam bukan hanya senasab, melainkan juga seaqidah.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Alhujurat: 10)

Maka siapapun dia, dari suku dan bangsa manapun, warna kulit apapun, dengan status keduniaan apa pun, selama memiliki aqidah yang sama maka ia adalah saudara kita.

Kita harus saling mencintai dan menyayangi. Bila tidak, perlu kita pertanyakan keimanan kita.

Karena iman bukan hanya keyakinan semata, melainkan juga hubungan sesama saudaranya.

Rasulullah Saw bersabda

عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ 

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.
(HR Bukhari - Muslim)

Hadits ini menunjukkan hakikat derajat dan kesempurnaan iman seseorang.

Ibnu Hibban juga Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan

 لا يبلغ عبد حقيقة الايمان

Seseorang tidak akan mencapai hakikat derajat keimanan. 

حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri

Apa yang dimaksud dengan saling mencintai dan menyayangi saudara seperti mencintai diri sendiri?

"Cinta adalah kecenderungan terhadap sesuatu yang diingini", 

Imam Nawawi menjelaskan bahwa sesuatu yang dicintai tersebut bisa berupa sesuatu yang di indera, seperti bentuk atau perbuatan seperti kesempurnaan, mengambil manfaat atau menolak bahaya."

Bila kita mencintai kesempurnaan iman ajarkan kesempurnaan iman kepada saudara kita. 

Bila kita mencintai islam maka ajarkan islam kepada saudara kita.

Bila kita mencintai pakaian yang bagus, bagikan pakaian yang bagus kepada saudara kita.

Bila kita mencintai makanan yang lezat berikan makan yang lezat kepada saudara kita.

Bila kita mencintai kebahagiaan, bagikan kebahagiaan kepada saudara kita.

Lihatlah peristiwa hijrah. Sesampainya di Madinah, para sahabat muhajirin dipersaudarakan dengan anshar. 

Di antara mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Namun dalam kesempurnaan iman, cinta antara mereka tumbuh dengan cepat, kokoh batangnya, lebat daunnya, dan subur buahnya. 

Kaum anshar rela berbagi dengan kaum muhajirin harta kekayaan yang dimiliki, satu sama lain saling menyayangi dan membahagiakan. 

Subhanallah indahnya persaudaraan dalam Islam.

Hal ini diabadikan di dalam Al-Qur`ân, surat al-Hasyr ayat 9

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshâr) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). 

Semoga Allah Swt karuniakan taufiq dan hidayah untuk kita semua.


    Wallahu a'lam bishshawab.

     # Alfaqir Mahsun Salim #
       Bait Qurani

      - share -

  InsyaAllah berpahala